Ketua PCNU Pidie Jaya, Tgk. H. Abdul Hamid, AW, S.Sos menyesalkan, pihak panitia tidak menyiapkan garis pembatas, antara jamaah pria dan wanita di arena utama MTQ. Kondisi tersebut membuat ribuan pengunjung bercampur tanpa sekat di lokasi pembacaan kalam Ilahi.
“Kami melihat di arena utama MTQ tidak ada garis pembatas. Padahal, di sana ribuan orang hadir dan bercampur antara pria dan wanita. Seharusnya panitia menyiapkan garis pemisah, bukan hanya untuk menjaga adab acara keagamaan, tapi juga demi keindahan dan ketertiban,” ujar Tgk. Abdul Hamid kepada SiberAceh.com, Sabtu (1/11/2025).
Ia menilai, ketiadaan pembatas tersebut menunjukkan, lemahnya perhatian panitia terhadap simbol-simbol kesyari’ahan, apalagi kegiatan MTQ merupakan ajang sakral yang menampilkan tilawah Al-Qur’an.
“Acara ini mulia dan penuh nilai spiritual. Jangan sampai kelalaian kecil mencoreng kesakralannya. Kami berharap panitia memperbaiki hal ini, demi menjaga nama baik Pidie Jaya yang dikenal dengan slogan Syari’ah dan Meusyeuhu,” tegasnya.
Pernyataan Tgk. Abdul Hamid, juga menjadi pengingat bagi panitia, agar lebih teliti dalam menata ruang kegiatan keagamaan, terutama yang melibatkan peserta dan penonton dalam jumlah besar. Menurutnya, pemisahan ruang bukan hanya soal tradisi, melainkan bagian dari etika sosial dan keagamaan yang harus dihormati.
Hingga berita ini diturunkan, pihak panitia pelaksana MTQ ke-37 Pidie Jaya belum memberikan tanggapan resmi atas masukan tersebut. (Herry)
